Apa
Itu Laporan Arus Kas (cast flow)
Ini penting untuk diketahui sebelum berpikir tentang
bagaimana caranya membuat laporan arus kas, khususnya bagi non-akuntan (atau
siapa saja yang belum pernah membuat laporan arus kas).
Laporan arus kas (cash flow statement) adalah
laporan yang memuat informasi mengenai aliran kas masuk dan keluar, akibat
aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan, pada periode tertentu.
Definisi di atas mengandung 3 pengetian yang kudu,
wajib dan mesti dipahami, sebelum membuat laporan arus kas:
Pertama, yang dilaporkan adalah transaksi kas,
sehingga yang masuk laporan arus kas adalah segala macam transaksi yang menggunakan
kas apapun itu. Misalnya: transaksi penjualan tunai, menerima pembayaran
piutang, menerima deposit dari pelanggan, menjual aktiva, membeli bahan baku,
membeli alat tulis, membayar utang kepada supplier, membayar gaji pegawai,
membayar sewa gedung, dan lain sebagainya, masuk ke leporan arus kas. Sedangkan
transaksi NON-KAS, tidak. Misalnya: penjualan secara kredit, pembelian bahan
baku secara kredit, biaya penyusutan, dan lain sebagainya, tidak masuk ke
laporan arus kas.
Kedua, yang dilaporkan adalah alirannya, dengan kata
lain “mutasinya” (atau transaksinya). Bukan saldo nya. Ini penting untuk
disadari saat membuat laporan arus kas dengan ‘metode tak-langsung’ (indirect
method) yang akan saya bahas sebentar lagi.
Ketiga, transaksi kas yang dilaporkan dimulai dari
tanggal tertentu (biasanya awal periode buku) hingga tanggal tertentu lainnya
(biasanya akhir periode buku). Misalnya: 01 Januari s/d 31 Desember 2012, atau
01 s/d 31 Agustus 2012, atau 01 Juni s/d 30 September 2012. Dan lain
sebagainya. Bukan saldo kas pada tanggal tertentu.
Mengenai apa fungsi laporan arus kas dan bagaimana
bentuk format penyajian laporan arus kas, silahkan baca artikel JAK yang
sebelumnya, yaitu
“Laporan Arus Kas: Tigal Hal Mendasar yang Perlu
Diketahui”
Tulisan tersebut, sengaja dipublikasikan sebelum
membahas mengenai proses pembuatan laporan arus kas—agar pembaca memperoleh
dasar yang cukup terlebih dahulu. Di sana anda bisa mempelajari mengenai apa
itu laporan arus kas dan apa fungsinya, serta bagaimana format penyajian
laporannya. Jika belum, silahkan dibuka.
Tantangan Membuat Laporan Arus Kas Di Dua Lingkungan
Usaha Yang Berbeda
Dua lingkungan usaha yang saya maksudkan dalam hal
ini, yaitu:
1. Di Perusahaan Yang Sudah Menggunakan Software
Akuntansi – Di sini, proses membuat laporan arus kas relative lebih mudah,
karena nyaris semua proses telah dilakukan oleh software akuntansi itu sendiri.
Begitu semua transaksi masuk ke system, anda tinggal mengklik tombol perintah
“membuat laporan arus kas.” Selanjutnya software yang mengurusi hingga laporan
tersaji, sudah dengan pengelompokan dan format yang benar. Itu dengan asumsi:
Software telah didesain sedemikian rupa sehingga
pengelompokan dan format laporan sudah mengikuti konvensi yang umum (lumrah).
Semua transaksi telah diinput dengan angka (amount)
yang benar, pada saat proses menjurnal.
Semua Transaksi sudah diinput ke pos (akun) yang
sesuai, misal: Kas, A/P, Persediaan, Aktiva Tetap, Aktiva Tak Berwujud, Utang,
Ekuitas, Dividend, Penjualan, Diskon, Retur, Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja,
Overhead, Biaya Gaji, Biaya Listrik, dan seterusnya.
Sejauh ini, yang saya tahu, rata-rata software akuntansi
yang beredar dipasaran sudah didesain dengan mengikuti teknik pembuatan laporan
arus kas yang berlaku umum. Bisa dibilang tidak ada masalah samasekali untuk
asumsi yang pertama.
Tantangan utama pembuatan laporan arus kas dengan
menggunakan software, justru berada di luar system (software) itu sendiri,
yaitu: input jurnalnya yang salah (entah angkanya atau pemilihan akunnya).
Sepanjang asumsi kedua dan ketiga terpenuhi, maka bisa dipastikan laporan arus
kas yang dihasilkan pasti benar dan akurat.
2. Di Perusahaan Yang Masih Menggunakan Proses
Manual – Proses manual yang saya maksudkan di sini adalah, masih menggunakan
excel seratus persen (mulai dari penjurnalan transaksi hingga pembuatan laporan
arus kas). Sudah pasti tantangan yang dihadapi di sini jauh lebih banyak
dibandingkan di lingkungan yang sudah menggunakan software akuntansi:
Pertama, anda harus memastikan semua jurnal telah
diinput dengan angka (amount) yang akurat dan masuk ke akun yang sesuai.
Kedua, anda harus memastikan saldo buku besar semua
akun sudah dalam keadaan balance (ini tidak perlu dilakukan jika menggunakan
software akuntansi, karena setiap transaksi yang masuk ke system sudah otomatis
balance).
Ketiga, anda harus menguasai mekanisme pengelompokan
transaksi kas di dalam laporan arus kas itu sendiri (ini tidak diperlukan jika
menggunakan software akuntansi, sebab proses pengelompokan berjalan secara
otomatis mengikuti alur yang dirancang oleh developer software).
Keempat, anda harus memastikan setiap perhitungan
yang ada di dalam laporan arus kas (penjumlahan dan pengurangan) sudah benar
dan akurat (ini tidak diperlukan jika menggunakan software, karena proses
penghitungan sudah berjalan secara otomatis).
Khusus akuntan dan orang akuntansi pada umumnya,
menurut saya, sebaiknya mampu membuat laporan arus kas di kedua lingkungan yang
berbeda ini. Karena bagimanapun juga, akuntan diharapkan oleh perusahaan (atau
klien) untuk paham seluk-beluk laporan arus kas—sehingga bisa melakukan analisa
kas dan memberikan input yang bermanfaat bagi manajemen perusahaan untuk
pengambilan-keputusan yang berhubungan dengan kas (tidak sekedar membuat
laporan tanpa tahu apa esensi di baliknya).
Teknik
Membuat Laporan Arus Kas Secara Umum
Secara umum, laporan arus kas bisa dibuat dengan
menggunakan dua metode/cara/teknik/pendekatan, yaitu: (1) metode langsung
(direct method); dan (2) metode tak-langsung (indirect method).
Sama-sama melaporkan aliran kas
Sama-sama mengelompokan transaksi kas ke dalam tiga
kategori utama, yaitu: (a) arus kas dari aktivitas operasional; (b) arus kas
dari aktivitas investasi; dan (c) arus kas dari aktivitas pembiayaan.
Sama-sama merinci masing-masing kelompok besar di
atas menjadi item-item yang lebih detail—sesuai dengan format laporan arus kas
yang umum digunakan (silahkan lihat contoh formatnya).
Perbedaannya, terletak pada proses pembuatan
laporannya, khususnya pada kelompok ‘arus kas dari aktivitas operasional’:
Menggunakan metode langsung (direct method),
kelompok ‘arus kas dari aktivitas operasional‘ disusun dengan menggunakan data
transaksi yang diambil langsung dari BUKU KAS.
Menggunakan metode tak-langsung (indirect method),
kelompok “arus kas dari ‘aktivitas operasional’ disusun dengan menggunakan
“Laporan Laba Rugi” yang dianggap sebagai
KETERBATASAN
Cash flow mempunyai beberapa
keterbatasan-keterbatasan antara lain;
a) Komposisi
penerimaan dan pengeluaran yang dimasukan dalam cash flow hanya yang bersifat
tunai.
b) Perusahaan hanya berpusat pada target yang
mungkin kurang fleksibel
c) Apabila terdapat perubahan pada situasi internal
maupun eksternal dari perusahaan yang dapat mempengaruhi estimasi arus kas
masuk dan keluar yang seharusnya diperhatikan, maka akan terhambat karena
manager hanya akan terfokus pada budget kas misalnya; kondisi ekonomi yang
kurang stabil, terlambatnya customer dalam memenuhi kewajibanya.
MANFAAT
Adapun kegunaan dalam menyusun estimasi cash flow
dalam perusahaan sangat berguna bagi beberapa pihak terutama manajement.
Diantaranya:
1) Memberikan seluruh rencana penerimaan kas yang
berhubungan dengan rencana keuangan perusahaan dan transaksi yang menyebabkan
perubahan kas.
2) Sebagian dasar untuk menaksir kebutuhan dana
untuk masa yang akan datang dan memperkirakan jangka waktu pengembalian kredit.
3) Membantu menager untuk mengambil keputusan
kebijakan financial.
4) Untuk kreditur dapat melihat kemampuan perusahaan
untuk membayar kredit yang diberikan kepadanya
LANGKAH-LANGKAH
PENYUSUNAN
Ada empat langka dalam penyusunan cash flow, yaitu :
1. Menentukan minimum kas
2. Menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran
3. Menyusun perkiraan kebutuhan dana dari hutang
yang dibutuhkan untuk menutupi deficit kas dan membayar kembali pinjaman dari
pihak ketiga.
4.Menyusun kembali keseluruhan penerimaan dan
pengeluaran setelah adanya transaksi financial dan budget kas yang final.
Contoh
kasus cash flow
1. PT. PDKI ingin menjalankan proyek penyewaan 1
unit alat berat kepada sebuah perusahaan batubara. Mereka telah menerima
kontrak senilai 25 juta perbulan net untuk durasi 6 bulan yang dibayar tunai
setiap akhir bulan. PDKI berkewajiban menyediakan 1 unit dump truck maksimal
keluaran 5 tahun lalu dan menanggung biaya gaji operator dan maintenance selama
kontrak. Biaya gaji 1 orang operator adalah Rp.2.000.000,- per bulan, sementara
biaya pemeliharaan per bulan adalah Rp.3.500.000,-. Untuk memenuhi kontrak ini
PDKI akan membeli 1 Dumptruck keluaran 5 tahun lalu, seharga Rp. 100.000.000,-
(spot price). Sebuah Murabaha Houses telah menyetujui untuk menjual secara
murabahah unit ini untuk dicicil selama 6 bulan dengan margin 20% selama PDKI
menyediakan DP sebesar 50% dari Harga Murabahah. Unit ini masih dapat dijual
kembali pada bulan ke-7 seharga 80% dari harga beli spotnya. Jika discount rate
yang dipakai adalah mengacu kepada indikasi return sukuk pemerintah 9%,
berapakah NPV, IRR dan MIRR proyek ini dan layakkah proyek ini dijalankan?
2. PT. Budi Lestari melakukan investasi di bidang
Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) senilai Rp. 5.000.000,- dimana
sejumlah Rp. 1.000.000.000,- merupakan modal kerja. Umur ekonomis proyek adalah
5 tahun dan disusutkan dengan metode garis lurus tanpa nilai sisa. Pengembalian
tingkat bunga yang diinginkan (cost of capital) adalah 20%. Perkiraan laba
sesudah pajak (EAT) selama 5 tahun masing-masing adalah sebagai berikut : 950
juta, 1,100 juta, 1.250 juta, 1,400 juta, dan 1,650 juta.
3. —Suatu usaha produksi memiliki biaya tetap
tahunan Rp. 20.000.000,- dan biaya variabel per unit produk Rp. 1.000,-. Harga
jual produk per unit Rp. 1.500,-. Untuk kepentingan kemajuan perusahaan, laba
dipatok sebesar 20%. Perkiraan pasar menunjukkan bahwa kapasitas pasar yang
tersedia mencapai kisaran 10.000 unit per tahun. Dengan menggunakan analisis
BEP, layak atau tidak usaha ini.
4. —Suatu usaha membutuhkan investasi (capital
outlays) sebesar Rp. 120.000.000,-. Aliran kas masuk (proceeds) diperkirakan
Rp. 40.000.000 per tahun selama 6 tahun (sesuai jangka waktu pengembalian
kredit yaitu selama 6 tahun). Berapa PBP-nya? Usaha tersebut layak atau tidak?
5. Selama tahun 2009 PT ABC memiliki total harta Rp.
50.000.000,- dan laba usaha yang diperoleh selama tahun itu Rp. 2.500.000,-.
Berapa ROI? Usaha tersebut layak atau tidak
Contoh
Gambar Chas Flow
TEKNIK
DAN STRATEGI PEMASARAN
Setelah memahami perencanaan usaha, langkah
selanjutnya adalah mempelajari dan melatih bagaimana barang dan jasa yang
dihasilkan itu didistribusikan atau dipasarkan. Sesuai dengan definisi
pemasaran yaitu kegiatan menefiti kebutuhan dan keinginan konsumen
(probe/search), menghasilkan barang dan jasa sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan konsumen (product), menentukan fingkat harga (price),
mempromosikannya au agar produk dikenal konsumen (promotion), dan
mendistribusikan produk ke tempat konsumen (place), maka tujuan pemasaran
adalah bagaimana agar barang dan jasa yang dihasilkan disukai, dibutuhkan, dan
dibeh oleh konsumen (J. Supranto, 1993). Ini berarti, perhatian kita dalam
pemasaran haruslah diawali dengan riset pemasaran yaitu untuk meneliti
kebutuhan dan keinginan konsumen. Sesuai dengan tujuan pemasaran, maka inti
pemasaran adalah penciptaan nilai yang lebih finggi bagi konsumen daripada
nilai yang diciptakan oleh pihak pesaing. Strategi usaha yang cocok dengan
konsep tersebut adalah memproduksi barang dan jasa apa yang bisa dijual dan
bukan menjual barang dan jasa apa yang bisa diproduksi. Strategi pertama sangat
tepat dan sesuai dengan inti pemasaran, sedangkan strategi kedua tidak tepat
karena tidak memperhatikan kebutuhan dan keinginan konsumen. Prinsip dasar
pemasaran yaitu menciptakan nilai bagi langganan (customer value), keunggulan
bersaing (competitive advantages), dan fokus pemasaran. Tujuan pemasaran bukan
mendapatkan langganan (get customer), akan tetapi memperbaiki situasi bersaing
(improve competitive situation). Dalam konteks ini, seorang wirausaha harus
mampu memproduksi barang dan jasa dengan mutu yang lebih baik, harga yang lebih
murah, dan penyerahan yang lebih cepat daripada pesaing.
PERENCANAAN
PEMASARAN
Pembahasan tentang strategi perusahaan, tidak bisa
lepas dari perencanaan, arahan, atau acuan gerak langkah perusahaan untuk
mencapai suatu tujuan. Ada beberapa langkah dalam merencanakan pemasaran bagi
usaha baru:
Langkah 1: Penentuan Kebutuhan dan Keinginan
Pelanggan
Untuk mengetahui kebutuhan dan keinginan pelanggan,
pertama-tama harus dilakukan penelitian pasar atau riset pemasaran. Riset pasar
harus diarahkan pada kebutuhan konsumen, misalnya barang atau jasa apa yang
diinginkan dan dibutuhkan konsumen, berapa jumlahnya, kualitas yang bagaimana,
siapa yang membutuhkan, dan kapan mereka memerlukan. Riset pasar dimaksudkan
untuk menentukan segmen pasar dan karakteristik konsumen yang dituju.
Langkah 2: Memilih Pasar Sasaran Khusus (Special
Target Market)
Setelah mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen,
langkah berikutnya adalah memilih pasar sasaran khusus. Ada tiga jenis pasar
sasaran khusus, yaitu:
(1) Pasar individual (individual market).
(2) Pasar khusus (niche market).
(3) Segmentasi pasar (market segmentation).
Dari tiga altematif pasar sasaran tersebut, bagi
perusahaan kecil dan usaha baru lebih tepat bila memilih pasar khusus (niche
market) dan pasar individual (individual market). Sedangkan untuk perusahaan
menengah dan besar lebih baik memilih segmen pasar (segmentation market).
Langkah
3: Menempatkan Strategi Pemasaran dalam Persaingan
Penerapan strategi pemasaran sangat tergantung pada
keadaan lingkungan persaingan pasar yang ada dari hari kehari. Keberhasilan
dalam segmentasi pasar sangat tergantung pada potensi yang menggambarkan
permintaan dari lingkungan persaingan. Ada enam strategi untuk memenuhi
permintaan dari lingkungan yang bersaing:
(1)Berorientasi pada pelanggan (customer
orientation).
(2)Kualitas (quality), ialah mengutamakan Total
Quality Management (TQM) yaitu efektif, efisien, dan tepat.
(3)Kenyamanan (convenience), yaitu memfokuskan
perhatian pada kesenangan hidup, kenyamanan, dan kenikmatan.
(4)Inovasi (innovation), yaitu harus berkonsentrasi
untuk berinovasi dalam produk, jasa, maupun proses.
(5)Kecepatan (speed), atau disebut juga Time
Compression Management (TCM), yang diwujudkan dalam bentuk:
(a)Kecepatan untuk menempatkan produk baru di pasar.
(b)Memperpendek waktu untuk merespons keinginan dan
kebutuhan pelanggan (customer response time).
(6)Pelayanan dan kepuasan pelanggan.
Langkah 4: Pemilihan Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran ialah paduan dari kinerja
wirausaha dengan hasil pengujian dan penelitian pasar sebelumnya dalam
mengembangkan keberhasilan strategi pemasaran. Untuk menarik konsumen,
wirausaha bisa merekayasa indikator-indikator yang terdapat dalam bauran
pemasaran (marketing mix), yaitu probe, product, price, place, promotian.
3
Jenis Cash Flow
1. Operating Cash Flow (OCF)
Operating Cash Flow adalah kas yang timbul dari
kegiatan operasional perusahaan yang berkaitan dengan penerimaan, pengeluaran,
pendapatan dan biaya-biaya. Kas inilah yang menggambarkan bagaimana perusahaan
mendapatkan profit dan mengubahnya menjadi kas. Contoh: penjualan tunai, uang
muka, hutang lancar, pembelian inventori, pembayaran biaya operasional
(listrik, telepon, air), pengiriman barang, gaji pegawai dan lain-lain.
Jika OCF positif (+) artinya perusahaan sehat, jika
negatif (-) artinya perusahaan sakit atau bleeding.
Cash Flow Positif
Cash Flow Negatif
2. Investing Cash Flow (ICF)
Investing Cash Flow adalah kas yang muncul dari
kegiatan investasi atau yang berkaitan dengan jual-beli aset. Contoh: jual-beli
property perusahaan, jual-beli saham perusahaan lain, reksadana, deposito, emas
dan-lain-lain.
Jika ICF positf (+) artinya uang masuk ke
perusahaan. Jika ICF negatif (-) artinya uang keluar dari perusahaan. ICF yang
positif terus-menerus justru sebetulnya kurang baik sebab itu artinya pemegang
saham/owner harus terus menyetor modal untuk membiayai perusahaan. ICF negatif
(-) terus menerus justru bagus sebab
artinya perusahaan menghasilkan uang untuk para pemegang saham.
3. Financing Cash Flow (FCF)
Financing Cash Flow adalah kas yang muncul dari
kegiatan hutang dari pihak lain. Contohnya pinjaman dari bank, pinjaman dari
rentenir, pinjaman dari koperasi, dan pembayaran pokok hutang-hutang tersebut.
Financing Cash Flow dikatakan positif jika menerima
hutang dan negatif jika membayar hutang. Namun Financing Cash Flow dikatakan
baik jika menimbulkan dampak OCF yang positif, artinya uang yang masuk dari
hutang menimbulkan peningkatan pendapatan. Sehingga perusahaan bisa membayar
hutangnya.
Sebaliknya, jika OCF negatif, artinya berbahaya
sebab uang yang masuk tidak menimbulkan keuntungan. Sehingga perusahaan belum
bisa membayar hutangnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar