Senin, 05 Mei 2014

Cash Flow

Apa Itu Laporan Arus Kas (cast flow)
Ini penting untuk diketahui sebelum berpikir tentang bagaimana caranya membuat laporan arus kas, khususnya bagi non-akuntan (atau siapa saja yang belum pernah membuat laporan arus kas).
Laporan arus kas (cash flow statement) adalah laporan yang memuat informasi mengenai aliran kas masuk dan keluar, akibat aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan, pada periode tertentu.
Definisi di atas mengandung 3 pengetian yang kudu, wajib dan mesti dipahami, sebelum membuat laporan arus kas:
Pertama, yang dilaporkan adalah transaksi kas, sehingga yang masuk laporan arus kas adalah segala macam transaksi yang menggunakan kas apapun itu. Misalnya: transaksi penjualan tunai, menerima pembayaran piutang, menerima deposit dari pelanggan, menjual aktiva, membeli bahan baku, membeli alat tulis, membayar utang kepada supplier, membayar gaji pegawai, membayar sewa gedung, dan lain sebagainya, masuk ke leporan arus kas. Sedangkan transaksi NON-KAS, tidak. Misalnya: penjualan secara kredit, pembelian bahan baku secara kredit, biaya penyusutan, dan lain sebagainya, tidak masuk ke laporan arus kas.
Kedua, yang dilaporkan adalah alirannya, dengan kata lain “mutasinya” (atau transaksinya). Bukan saldo nya. Ini penting untuk disadari saat membuat laporan arus kas dengan ‘metode tak-langsung’ (indirect method) yang akan saya bahas sebentar lagi.
Ketiga, transaksi kas yang dilaporkan dimulai dari tanggal tertentu (biasanya awal periode buku) hingga tanggal tertentu lainnya (biasanya akhir periode buku). Misalnya: 01 Januari s/d 31 Desember 2012, atau 01 s/d 31 Agustus 2012, atau 01 Juni s/d 30 September 2012. Dan lain sebagainya. Bukan saldo kas pada tanggal tertentu.
Mengenai apa fungsi laporan arus kas dan bagaimana bentuk format penyajian laporan arus kas, silahkan baca artikel JAK yang sebelumnya, yaitu
“Laporan Arus Kas: Tigal Hal Mendasar yang Perlu Diketahui”
Tulisan tersebut, sengaja dipublikasikan sebelum membahas mengenai proses pembuatan laporan arus kas—agar pembaca memperoleh dasar yang cukup terlebih dahulu. Di sana anda bisa mempelajari mengenai apa itu laporan arus kas dan apa fungsinya, serta bagaimana format penyajian laporannya. Jika belum, silahkan dibuka.
Tantangan Membuat Laporan Arus Kas Di Dua Lingkungan Usaha Yang Berbeda
Dua lingkungan usaha yang saya maksudkan dalam hal ini, yaitu:
1. Di Perusahaan Yang Sudah Menggunakan Software Akuntansi – Di sini, proses membuat laporan arus kas relative lebih mudah, karena nyaris semua proses telah dilakukan oleh software akuntansi itu sendiri. Begitu semua transaksi masuk ke system, anda tinggal mengklik tombol perintah “membuat laporan arus kas.” Selanjutnya software yang mengurusi hingga laporan tersaji, sudah dengan pengelompokan dan format yang benar. Itu dengan asumsi:
Software telah didesain sedemikian rupa sehingga pengelompokan dan format laporan sudah mengikuti konvensi yang umum (lumrah).
Semua transaksi telah diinput dengan angka (amount) yang benar, pada saat proses menjurnal.
Semua Transaksi sudah diinput ke pos (akun) yang sesuai, misal: Kas, A/P, Persediaan, Aktiva Tetap, Aktiva Tak Berwujud, Utang, Ekuitas, Dividend, Penjualan, Diskon, Retur, Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja, Overhead, Biaya Gaji, Biaya Listrik, dan seterusnya.
Sejauh ini, yang saya tahu, rata-rata software akuntansi yang beredar dipasaran sudah didesain dengan mengikuti teknik pembuatan laporan arus kas yang berlaku umum. Bisa dibilang tidak ada masalah samasekali untuk asumsi yang pertama.
Tantangan utama pembuatan laporan arus kas dengan menggunakan software, justru berada di luar system (software) itu sendiri, yaitu: input jurnalnya yang salah (entah angkanya atau pemilihan akunnya). Sepanjang asumsi kedua dan ketiga terpenuhi, maka bisa dipastikan laporan arus kas yang dihasilkan pasti benar dan akurat.
2. Di Perusahaan Yang Masih Menggunakan Proses Manual – Proses manual yang saya maksudkan di sini adalah, masih menggunakan excel seratus persen (mulai dari penjurnalan transaksi hingga pembuatan laporan arus kas). Sudah pasti tantangan yang dihadapi di sini jauh lebih banyak dibandingkan di lingkungan yang sudah menggunakan software akuntansi:
Pertama, anda harus memastikan semua jurnal telah diinput dengan angka (amount) yang akurat dan masuk ke akun yang sesuai.
Kedua, anda harus memastikan saldo buku besar semua akun sudah dalam keadaan balance (ini tidak perlu dilakukan jika menggunakan software akuntansi, karena setiap transaksi yang masuk ke system sudah otomatis balance).
Ketiga, anda harus menguasai mekanisme pengelompokan transaksi kas di dalam laporan arus kas itu sendiri (ini tidak diperlukan jika menggunakan software akuntansi, sebab proses pengelompokan berjalan secara otomatis mengikuti alur yang dirancang oleh developer software).
Keempat, anda harus memastikan setiap perhitungan yang ada di dalam laporan arus kas (penjumlahan dan pengurangan) sudah benar dan akurat (ini tidak diperlukan jika menggunakan software, karena proses penghitungan sudah berjalan secara otomatis).
Khusus akuntan dan orang akuntansi pada umumnya, menurut saya, sebaiknya mampu membuat laporan arus kas di kedua lingkungan yang berbeda ini. Karena bagimanapun juga, akuntan diharapkan oleh perusahaan (atau klien) untuk paham seluk-beluk laporan arus kas—sehingga bisa melakukan analisa kas dan memberikan input yang bermanfaat bagi manajemen perusahaan untuk pengambilan-keputusan yang berhubungan dengan kas (tidak sekedar membuat laporan tanpa tahu apa esensi di baliknya).
Teknik Membuat Laporan Arus Kas Secara Umum
Secara umum, laporan arus kas bisa dibuat dengan menggunakan dua metode/cara/teknik/pendekatan, yaitu: (1) metode langsung (direct method); dan (2) metode tak-langsung (indirect method).
Sama-sama melaporkan aliran kas
Sama-sama mengelompokan transaksi kas ke dalam tiga kategori utama, yaitu: (a) arus kas dari aktivitas operasional; (b) arus kas dari aktivitas investasi; dan (c) arus kas dari aktivitas pembiayaan.
Sama-sama merinci masing-masing kelompok besar di atas menjadi item-item yang lebih detail—sesuai dengan format laporan arus kas yang umum digunakan (silahkan lihat contoh formatnya).
Perbedaannya, terletak pada proses pembuatan laporannya, khususnya pada kelompok ‘arus kas dari aktivitas operasional’:
Menggunakan metode langsung (direct method), kelompok ‘arus kas dari aktivitas operasional‘ disusun dengan menggunakan data transaksi yang diambil langsung dari BUKU KAS.
Menggunakan metode tak-langsung (indirect method), kelompok “arus kas dari ‘aktivitas operasional’ disusun dengan menggunakan “Laporan Laba Rugi” yang dianggap sebagai
KETERBATASAN
Cash flow mempunyai beberapa keterbatasan-keterbatasan antara lain;
a)  Komposisi penerimaan dan pengeluaran yang dimasukan dalam cash flow hanya yang bersifat tunai.
b) Perusahaan hanya berpusat pada target yang mungkin kurang fleksibel
c) Apabila terdapat perubahan pada situasi internal maupun eksternal dari perusahaan yang dapat mempengaruhi estimasi arus kas masuk dan keluar yang seharusnya diperhatikan, maka akan terhambat karena manager hanya akan terfokus pada budget kas misalnya; kondisi ekonomi yang kurang stabil, terlambatnya customer dalam memenuhi kewajibanya.


MANFAAT
Adapun kegunaan dalam menyusun estimasi cash flow dalam perusahaan sangat berguna bagi beberapa pihak terutama manajement. Diantaranya:
1) Memberikan seluruh rencana penerimaan kas yang berhubungan dengan rencana keuangan perusahaan dan transaksi yang menyebabkan perubahan kas.
2) Sebagian dasar untuk menaksir kebutuhan dana untuk masa yang akan datang dan memperkirakan jangka waktu pengembalian kredit.
3) Membantu menager untuk mengambil keputusan kebijakan financial.
4) Untuk kreditur dapat melihat kemampuan perusahaan untuk membayar kredit yang diberikan kepadanya
LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN
Ada empat langka dalam penyusunan cash flow, yaitu :
1. Menentukan minimum kas
2. Menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran
3. Menyusun perkiraan kebutuhan dana dari hutang yang dibutuhkan untuk menutupi deficit kas dan membayar kembali pinjaman dari pihak ketiga.
4.Menyusun kembali keseluruhan penerimaan dan pengeluaran setelah adanya transaksi financial dan budget kas yang final.
Contoh kasus cash flow
1. PT. PDKI ingin menjalankan proyek penyewaan 1 unit alat berat kepada sebuah perusahaan batubara. Mereka telah menerima kontrak senilai 25 juta perbulan net untuk durasi 6 bulan yang dibayar tunai setiap akhir bulan. PDKI berkewajiban menyediakan 1 unit dump truck maksimal keluaran 5 tahun lalu dan menanggung biaya gaji operator dan maintenance selama kontrak. Biaya gaji 1 orang operator adalah Rp.2.000.000,- per bulan, sementara biaya pemeliharaan per bulan adalah Rp.3.500.000,-. Untuk memenuhi kontrak ini PDKI akan membeli 1 Dumptruck keluaran 5 tahun lalu, seharga Rp. 100.000.000,- (spot price). Sebuah Murabaha Houses telah menyetujui untuk menjual secara murabahah unit ini untuk dicicil selama 6 bulan dengan margin 20% selama PDKI menyediakan DP sebesar 50% dari Harga Murabahah. Unit ini masih dapat dijual kembali pada bulan ke-7 seharga 80% dari harga beli spotnya. Jika discount rate yang dipakai adalah mengacu kepada indikasi return sukuk pemerintah 9%, berapakah NPV, IRR dan MIRR proyek ini dan layakkah proyek ini dijalankan?
2. PT. Budi Lestari melakukan investasi di bidang Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) senilai Rp. 5.000.000,- dimana sejumlah Rp. 1.000.000.000,- merupakan modal kerja. Umur ekonomis proyek adalah 5 tahun dan disusutkan dengan metode garis lurus tanpa nilai sisa. Pengembalian tingkat bunga yang diinginkan (cost of capital) adalah 20%. Perkiraan laba sesudah pajak (EAT) selama 5 tahun masing-masing adalah sebagai berikut : 950 juta, 1,100 juta, 1.250 juta, 1,400 juta, dan 1,650 juta.
3. —Suatu usaha produksi memiliki biaya tetap tahunan Rp. 20.000.000,- dan biaya variabel per unit produk Rp. 1.000,-. Harga jual produk per unit Rp. 1.500,-. Untuk kepentingan kemajuan perusahaan, laba dipatok sebesar 20%. Perkiraan pasar menunjukkan bahwa kapasitas pasar yang tersedia mencapai kisaran 10.000 unit per tahun. Dengan menggunakan analisis BEP, layak atau tidak usaha ini.
4. —Suatu usaha membutuhkan investasi (capital outlays) sebesar Rp. 120.000.000,-. Aliran kas masuk (proceeds) diperkirakan Rp. 40.000.000 per tahun selama 6 tahun (sesuai jangka waktu pengembalian kredit yaitu selama 6 tahun). Berapa PBP-nya? Usaha tersebut layak atau tidak?
5. Selama tahun 2009 PT ABC memiliki total harta Rp. 50.000.000,- dan laba usaha yang diperoleh selama tahun itu Rp. 2.500.000,-. Berapa ROI? Usaha tersebut layak atau tidak
Contoh Gambar Chas Flow


TEKNIK DAN STRATEGI PEMASARAN
Setelah memahami perencanaan usaha, langkah selanjutnya adalah mempelajari dan melatih bagaimana barang dan jasa yang dihasilkan itu didistribusikan atau dipasarkan. Sesuai dengan definisi pemasaran yaitu kegiatan menefiti kebutuhan dan keinginan konsumen (probe/search), menghasilkan barang dan jasa sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen (product), menentukan fingkat harga (price), mempromosikannya au agar produk dikenal konsumen (promotion), dan mendistribusikan produk ke tempat konsumen (place), maka tujuan pemasaran adalah bagaimana agar barang dan jasa yang dihasilkan disukai, dibutuhkan, dan dibeh oleh konsumen (J. Supranto, 1993). Ini berarti, perhatian kita dalam pemasaran haruslah diawali dengan riset pemasaran yaitu untuk meneliti kebutuhan dan keinginan konsumen. Sesuai dengan tujuan pemasaran, maka inti pemasaran adalah penciptaan nilai yang lebih finggi bagi konsumen daripada nilai yang diciptakan oleh pihak pesaing. Strategi usaha yang cocok dengan konsep tersebut adalah memproduksi barang dan jasa apa yang bisa dijual dan bukan menjual barang dan jasa apa yang bisa diproduksi. Strategi pertama sangat tepat dan sesuai dengan inti pemasaran, sedangkan strategi kedua tidak tepat karena tidak memperhatikan kebutuhan dan keinginan konsumen. Prinsip dasar pemasaran yaitu menciptakan nilai bagi langganan (customer value), keunggulan bersaing (competitive advantages), dan fokus pemasaran. Tujuan pemasaran bukan mendapatkan langganan (get customer), akan tetapi memperbaiki situasi bersaing (improve competitive situation). Dalam konteks ini, seorang wirausaha harus mampu memproduksi barang dan jasa dengan mutu yang lebih baik, harga yang lebih murah, dan penyerahan yang lebih cepat daripada pesaing.
PERENCANAAN PEMASARAN
Pembahasan tentang strategi perusahaan, tidak bisa lepas dari perencanaan, arahan, atau acuan gerak langkah perusahaan untuk mencapai suatu tujuan. Ada beberapa langkah dalam merencanakan pemasaran bagi usaha baru:
Langkah 1: Penentuan Kebutuhan dan Keinginan Pelanggan
Untuk mengetahui kebutuhan dan keinginan pelanggan, pertama-tama harus dilakukan penelitian pasar atau riset pemasaran. Riset pasar harus diarahkan pada kebutuhan konsumen, misalnya barang atau jasa apa yang diinginkan dan dibutuhkan konsumen, berapa jumlahnya, kualitas yang bagaimana, siapa yang membutuhkan, dan kapan mereka memerlukan. Riset pasar dimaksudkan untuk menentukan segmen pasar dan karakteristik konsumen yang dituju.
Langkah 2: Memilih Pasar Sasaran Khusus (Special Target Market)
Setelah mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen, langkah berikutnya adalah memilih pasar sasaran khusus. Ada tiga jenis pasar sasaran khusus, yaitu:

(1) Pasar individual (individual market).
(2) Pasar khusus (niche market).
(3) Segmentasi pasar (market segmentation).
Dari tiga altematif pasar sasaran tersebut, bagi perusahaan kecil dan usaha baru lebih tepat bila memilih pasar khusus (niche market) dan pasar individual (individual market). Sedangkan untuk perusahaan menengah dan besar lebih baik memilih segmen pasar (segmentation market).
Langkah 3: Menempatkan Strategi Pemasaran dalam Persaingan
Penerapan strategi pemasaran sangat tergantung pada keadaan lingkungan persaingan pasar yang ada dari hari kehari. Keberhasilan dalam segmentasi pasar sangat tergantung pada potensi yang menggambarkan permintaan dari lingkungan persaingan. Ada enam strategi untuk memenuhi permintaan dari lingkungan yang bersaing:
(1)Berorientasi pada pelanggan (customer orientation).
(2)Kualitas (quality), ialah mengutamakan Total Quality Management (TQM) yaitu efektif, efisien, dan tepat.
(3)Kenyamanan (convenience), yaitu memfokuskan perhatian pada kesenangan hidup, kenyamanan, dan kenikmatan.
(4)Inovasi (innovation), yaitu harus berkonsentrasi untuk berinovasi dalam produk, jasa, maupun proses.
(5)Kecepatan (speed), atau disebut juga Time Compression Management (TCM), yang diwujudkan dalam bentuk:
(a)Kecepatan untuk menempatkan produk baru di pasar.
(b)Memperpendek waktu untuk merespons keinginan dan kebutuhan pelanggan (customer response time).
(6)Pelayanan dan kepuasan pelanggan.
Langkah 4: Pemilihan Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran ialah paduan dari kinerja wirausaha dengan hasil pengujian dan penelitian pasar sebelumnya dalam mengembangkan keberhasilan strategi pemasaran. Untuk menarik konsumen, wirausaha bisa merekayasa indikator-indikator yang terdapat dalam bauran pemasaran (marketing mix), yaitu probe, product, price, place, promotian.

3 Jenis Cash Flow
1. Operating Cash Flow (OCF)
Operating Cash Flow adalah kas yang timbul dari kegiatan operasional perusahaan yang berkaitan dengan penerimaan, pengeluaran, pendapatan dan biaya-biaya. Kas inilah yang menggambarkan bagaimana perusahaan mendapatkan profit dan mengubahnya menjadi kas. Contoh: penjualan tunai, uang muka, hutang lancar, pembelian inventori, pembayaran biaya operasional (listrik, telepon, air), pengiriman barang, gaji pegawai dan lain-lain.
Jika OCF positif (+) artinya perusahaan sehat, jika negatif (-) artinya perusahaan sakit atau bleeding.
Cash Flow Positif

Cash Flow Negatif


2. Investing Cash Flow (ICF)
Investing Cash Flow adalah kas yang muncul dari kegiatan investasi atau yang berkaitan dengan jual-beli aset. Contoh: jual-beli property perusahaan, jual-beli saham perusahaan lain, reksadana, deposito, emas dan-lain-lain.
Jika ICF positf (+) artinya uang masuk ke perusahaan. Jika ICF negatif (-) artinya uang keluar dari perusahaan. ICF yang positif terus-menerus justru sebetulnya kurang baik sebab itu artinya pemegang saham/owner harus terus menyetor modal untuk membiayai perusahaan. ICF negatif (-)  terus menerus justru bagus sebab artinya perusahaan menghasilkan uang untuk para pemegang saham.
3. Financing Cash Flow (FCF)
Financing Cash Flow adalah kas yang muncul dari kegiatan hutang dari pihak lain. Contohnya pinjaman dari bank, pinjaman dari rentenir, pinjaman dari koperasi, dan pembayaran pokok hutang-hutang tersebut.
Financing Cash Flow dikatakan positif jika menerima hutang dan negatif jika membayar hutang. Namun Financing Cash Flow dikatakan baik jika menimbulkan dampak OCF yang positif, artinya uang yang masuk dari hutang menimbulkan peningkatan pendapatan. Sehingga perusahaan bisa membayar hutangnya.

Sebaliknya, jika OCF negatif, artinya berbahaya sebab uang yang masuk tidak menimbulkan keuntungan. Sehingga perusahaan belum bisa membayar hutangnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar